Pembinaan Lingkungan Hidup di SMK Negeri 1 Panji Situbondo
Situbondo- Dengan
jumlah keseluruhan siswa lebih dari 2000 orang, tentunya bukan hal
mudah bagi sekolah untuk melakukan penanganan. Terlebih pada urusan
penanaman kebiasan peduli lingkungan hidup melalui tindakan-tindakan
nyata. Seperti yang dirasakan oleh SMK Negeri 1 Panji Situbondo, Sekolah
Adiwiyata Nasional di Situbondo yang menjadi mitra Tunas Hijau. Tunas
Hijau dengan 3 orang pemudi simpatisan dari luar negeri menyaksikan
betapa tetap bersih dan indahnya sekolah yang biasanya jarang terwujud
di hari pertama efektif sekolah, Senin (19/7).
Pembinaan
lingkungan hidup dilaksanakan Tunas Hijau dengan melibatkan 80 siswa
perwakilan kelas X dan XI di sekolah yang beralamat di Jalan Gunung
Arjuno 17 Situbondo ini. Mereka terbagi dalam tiga tema, yaitu sungai,carbon footprint dan
perubahan iklim. Masing-masing tema itu dilaksanakan oleh secara
bersamaan. Fasilitatornya adalah tiga orang pemudi simpatisan Tunas
Hijau dari luar negeri. Yaitu Sina Joana dari Jerman dengan tema sungai,
Chiyako Eura dari Jepang dengan tema perubahan iklim, dan Emily Cousins
dari Australia dengan tema carbon footprint atau jejak kaki karbon.
Sina
Joana, pemudi Jerman simpatisan Tunas Hijau yang mahasiswa University
of Oldenburg menjelaskan bahwa sungai tidak ubahnya tempat yang dialiri
oleh air permukaan. “Sungai biasanya berawal dari sumber mata air atau
waduk atau dam,” kata Sina. Pergerakan air di sungai juga seiring dengan
gaya gravitasi Bumi. “Makanya, air di sungai bergerak dari dataran
tinggi menuju dataran rendah dan bukan sebaliknya,” tambah Sina Joana.
Namun, fenomena yang sangat umum terjadi terkait sungai, menurut Sina
Joana, dimana ada aliran sungai, maka di sekitarnya atau di sepanjang
aliran sungai itu ada peradaban manusia.
Di
tempat terpisah dengan Sina Joana dan timnya, Emily Cousins yang
berkebangsaan Australia melakukan pembinaan dengan sekitar 30 siswa.
Sesuai dengan temanya, Emily yang didampingi aktivis Tunas Hijau Afif
Amrullah banyak membahas tentang aktivitas manusia yang menghasilkan gas
rumah kaca. “Gas rumah kaca adalah penyebab utama terjadinya pemanasan
global atau naiknya suhu rata-rata permukaan Bumi. Gas rumah kaca
biasanya dihasilkan manusia melalui aktivitasnya yang berhubungan dengan
penggunaan energi, transportasi dan sampah. Sedangkan pohon menjadi
benteng terakhir Bumi dan manusia melakukan netralisir terhadap semua
kerusakan yang terjadi,” ungkap Emily Cousins.
Sementara
itu, Chiyako Eura dengan sekitar 30 siswa timnya banyak membahas
tentang fenomena perubahan iklim yang menjadi isu nomor satu dunia abad
ini. Dikatakan Chiyako bahwa perubahan iklim terjadi sebagai dampak dari
pemanasan global. “Diantara dampak dari perubahan iklim adalah
berubahnya pola hujan di banyak belahan Bumi. Seperti di Indonesia,
sebelumnya musim hujan terjadi pada September – Maret. Namun, beberapa
tahun terakhir, waktu musim hujan menjadi tidak menentu. Tidak
menentunya pola hujan ini berdampak pada kelangkaan beberapa produk
pertanian,” terang Chiyako. (roni)
http://tunashijau.org/2010/07/19/pembinaan-lingkungan-hidup-di-smk-negeri-1-panji-situbondo/