Kamis, 06 Maret 2014

Pembinaan Lingkungan Hidup di SMK Negeri 1 Panji Situbondo

Situbondo- Dengan jumlah keseluruhan siswa lebih dari 2000 orang, tentunya bukan hal mudah bagi sekolah untuk melakukan penanganan. Terlebih pada urusan penanaman kebiasan peduli lingkungan hidup melalui tindakan-tindakan nyata. Seperti yang dirasakan oleh SMK Negeri 1 Panji Situbondo, Sekolah Adiwiyata Nasional di Situbondo yang menjadi mitra Tunas Hijau. Tunas Hijau dengan 3 orang pemudi simpatisan dari luar negeri menyaksikan betapa tetap bersih dan indahnya sekolah yang biasanya jarang terwujud di hari pertama efektif sekolah, Senin (19/7).
Pembinaan lingkungan hidup dilaksanakan Tunas Hijau dengan melibatkan 80 siswa perwakilan kelas X dan XI di sekolah yang beralamat di Jalan Gunung Arjuno 17 Situbondo ini. Mereka terbagi dalam tiga tema, yaitu sungai,carbon footprint dan perubahan iklim. Masing-masing tema itu dilaksanakan oleh secara bersamaan. Fasilitatornya adalah tiga orang pemudi simpatisan Tunas Hijau dari luar negeri. Yaitu Sina Joana dari Jerman dengan tema sungai, Chiyako Eura dari Jepang dengan tema perubahan iklim, dan Emily Cousins dari Australia dengan tema carbon footprint atau jejak kaki karbon.
Sina Joana, pemudi Jerman simpatisan Tunas Hijau yang mahasiswa University of Oldenburg  menjelaskan bahwa sungai tidak ubahnya tempat yang dialiri oleh air permukaan. “Sungai biasanya berawal dari sumber mata air atau waduk atau dam,” kata Sina. Pergerakan air di sungai juga seiring dengan gaya gravitasi Bumi. “Makanya, air di sungai bergerak dari dataran tinggi menuju dataran rendah dan bukan sebaliknya,” tambah Sina Joana. Namun, fenomena yang sangat umum terjadi terkait sungai, menurut Sina Joana, dimana ada aliran sungai, maka di sekitarnya atau di sepanjang aliran sungai itu ada peradaban manusia.
Di tempat terpisah dengan Sina Joana dan timnya, Emily Cousins yang berkebangsaan Australia melakukan pembinaan dengan sekitar 30 siswa. Sesuai dengan temanya, Emily yang didampingi aktivis Tunas Hijau Afif Amrullah banyak membahas tentang aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca. “Gas rumah kaca adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global atau naiknya suhu rata-rata permukaan Bumi. Gas rumah kaca biasanya dihasilkan manusia melalui aktivitasnya yang berhubungan dengan penggunaan energi, transportasi dan sampah. Sedangkan pohon menjadi benteng terakhir Bumi dan manusia melakukan netralisir terhadap semua kerusakan yang terjadi,” ungkap Emily Cousins.
Sementara itu, Chiyako Eura dengan sekitar 30 siswa timnya banyak membahas tentang fenomena perubahan iklim yang menjadi isu nomor satu dunia abad ini. Dikatakan Chiyako bahwa perubahan iklim terjadi sebagai dampak dari pemanasan global. “Diantara dampak dari perubahan iklim adalah berubahnya pola hujan di banyak belahan Bumi. Seperti di Indonesia, sebelumnya musim hujan terjadi pada September – Maret. Namun, beberapa tahun terakhir, waktu musim hujan menjadi tidak menentu. Tidak menentunya pola hujan ini berdampak pada kelangkaan beberapa produk pertanian,” terang Chiyako. (roni)

 http://tunashijau.org/2010/07/19/pembinaan-lingkungan-hidup-di-smk-negeri-1-panji-situbondo/